Nara Sumber: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Play Audio
Play Audio
Krisis dapat melanda seseorang tanpa pandang bulu termasuk juga keluarga Kristen, walaupun ada sebagian orang yang mencoba menyangkali dan berkata bahwa, “Kami tidak akan mengalami krisis karena
kami di dalam Tuhan.” Pernyataan ini kurang tepat, kita mesti belajar
bagaimana memahami krisis secara tepat menurut kebenaran Firman Tuhan.
Saudara-Saudara pendengar yang
kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam
acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari
Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt.
Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling
serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami
kali ini tentang "Krisis Dalam Keluarga Kristen". Kami percaya acara ini
pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan
selamat mengikuti.
Lengkap:
GS : Pak Paul, ternyata krisis melanda seseorang
tanpa pandang bulu termasuk juga keluarga Kristen, walaupun ada
sebagian orang yang mencoba menyangkali dan berkata bahwa, "Kami tidak
akan mengalami krisis karena kami di dalam Tuhan". Pandangan-pandangan
seperti ini sebenarnya bagaimana ?
PG : Sudah tentu betapa
indahnya hidup kalau kita tidak harus terkena masalah atau krisis. Namun
itulah yang menjadi kenyataan hidup bahwa selama kita masih hidup dalam
dunia juga tidak sempurn dan terutama kita pun juga tidak sempurna maka
tidak bisa tidak adakalanya krisis muncul, masalah besar datang dan
kita harus menghadapinya.
GS : Sebenarnya yang disebut krisis itu yang seperti apa, Pak Paul ?
PG : Jadi krisis adalah sebuah
masalah yang besar yang menimpa kita. Sebenarnya masalah menjadi sebuah
krisis kalau kita gagal beradaptasi dengan masalah tersebut dan sewaktu
masalah muncul menntut kita untuk mengadakan perubahan atau
penyesuaian, supaya kita dapat mengatasinya atau setidaknya hidup dengan
masalah tersebut.
GS : Sebenarnya apakah Tuhan Yesus sendiri pernah mengalami krisis di dalam kehidupan-Nya?
PG : Menurut saya tidak,
meskipun Dia pernah mengalami peristiwa-peristiwa yang berat sebelum
penyaliban-Nya, misalnya beberapa kali Dia harus melarikan diri karena
ada orang-orang yang ingin mmbunuh-Nya atau menangkap-Nya.
GS : Tapi bagaimana dengan tokoh-tokoh Alkitab yang lain, Pak Paul, baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru ?
PG : Di sini kita akan melihat
bahwa sekurang-kurangnya ada tiga yang nanti kita akan fokuskan dengan
lebih mendetail, yang menjelaskan kepada kita bahwa krisis itu dapat
menimpa siapa saja dandalam setiap lini kehidupan.
GS : Dalam kasusnya Daud dan Yakub, Pak Paul, krisis itu timbul karena kesalahan yang mereka perbuat sendiri.
PG : Saya setuju, Pak Gunawan.
Jadi dalam kasusnya Daud, kita tahu bahwa dia berzinah dengan Batsyeba,
seharusnya karena dia juga manusia terdiri dari daging dan darah yang
telah tercemar oleh osa, sewaktu dia berdosa dia mengakui dan meminta
pengampunan Tuhan, apa pun konsekuensi yang harus ditanggungnya, biarlah
dia bertanggungjawab.
GS : Tetapi dalam mengambil keputusan, baik Daud maupun Yakub, mereka merasa bahwa keputusan mereka itu sudah benar.
PG : Sudah tentu dalam
pemikiran manusia, apa yang dilakukan itu benar tapi saya kira dalam
kasus seperti Daud, sebenarnya dia tahu kalau dia telah berbuat sesuatu
yang sangat salah di mata Tuhn karena dia tahu bahwa dia tidak boleh
berzinah dan yang kedua dia tidak boleh mengatur pembunuhan orang yang
tidak bersalah sama sekali.
GS : Keputusan yang diambil oleh Elimelekh, sebenarnya merupakan pemicu dari krisis yang dialami oleh Naomi, Pak Paul?
PG : Sebetulnya Elimelekh
atau keluarga Naomi berikhtiar untuk meninggalkan tanah Betlehem karena
memang ingin menyelamatkan diri dari bencana kelaparan, bagi saya ini
bukanlah hal yang salah.Kita juga melihat dalam Perjanjian Lama, Abraham
juga pernah pergi mencari kehidupan yang lebih baik, Ishak juga pernah
harus meninggalkan tempatnya, kita juga tahu Yakub juga meninggalkan
keluarga mertuanya Laban dan kembali lagi ke tanah yang Tuhan janjikan.
GS : Tapi di dalam kelemahan kita dan
ketidaktahuan kita akan masa depan, kita bisa saja mengambil sebuah
keputusan yang keliru seperti Daud, Yakub maupun Elimelekh.
PG : Dalam keterbatasan kita
untuk mengetahui apa itu yang menjadi rencana Tuhan, kadang kita bisa
keliru menafsir perintah Tuhan namun yang akan memancing munculnya
krisis dalam hidup kita adlah kalau kita sudah tahu bahwa ini tidak
benar tapi kita tetap melakukannya.
GS : Kedua-duanya itu bisa menjadi pemicu munculnya krisis di dalam kehidupan.
PG : Saya kira dua-duanya bisa, Pak Gunawan.
GS : Dan itu pengaruhnya kepada kita sendiri atau kepada seluruh keluarga ?
PG : Saya kira seringkali
waktu peristiwa itu terjadi yaitu krisis itu menimpa kita, jarang sekali
bisa terbatasi hanya pada satu orang namun pada akhirnya krisis itu
berkelanjutan sehingga memuat yang lain-lainnya terkena dampaknya.
GS : Tapi sebaliknya dengan Naomi, Pak Paul, dimana akhirnya Naomi pulang bersama-sama dengan Rut. Itu menjadi sesuatu yang baik.
PG : Dari sini kita bisa
simpulkan bahwa krisis seburuk apa pun itu, ataukah itu disebabkan oleh
perbuatan kita atau di luar kendali kita. Dalam kedaulatan Tuhan dalam
keMahakuasaan Tuhan, kriss dipakai oleh-Nya untuk memperlengkapi
rencana-Nya.
GS : Jadi sebenarnya kalau krisis itu menimpa
kita sebagai orang-orang beriman kepada Tuhan Yesus, maka kita boleh
berharap bahwa apa pun yang terjadi nantinya ini akan membawa kebaikan
bagi diri kita.
PG : Dengan kata lain, di
dalam anugerah Tuhan, di dalam kebaikan hati Tuhan apa pun itu dapat
dipakai Tuhan untuk menunjukkan kebaikan-Nya, itulah yang terjadi.
Meskipun salah tapi tetap pada khirnya kebaikanlah yang nantinya
dicicipi dari dalam kehidupannya.
GS : Sebenarnya krisis itu bekerja dengan suatu pola tertentu atau bervariasi atau bagaimana, Pak Paul?
PG : Ada beberapa yang bisa
kita kenali, Pak Gunawan, untuk kita mencoba mengenali kinerja krisis.
Yang pertama adalah krisis bisa datang sekonyong-konyong, tapi juga
dapat datang perlahan-lahan. Dalam kasus Daud, krisis bermula sewaktu
dia berdosa dengan Batsyeba dan membunuh suaminya, Uria, perlahan namun
pasti krisis melanda keluarganya. Amnon putra Daud memperkosa Tamar,
putri Daud. Absalom saudara kandung Tamar membalas dan membunuh Amnon
kemudian Absalom melarikan diri dan setelah kembali memberontak melawan
Daud dan nyaris menggulingkan takhta Daud. Misalnya dalam kasus Yakub
secara berlahan krisis berawal sewaktu dia memberikan perhatian berlebih
kepada Yusuf puteranya dan mengabaikan anak-anaknya yang lain, setelah
Yusuf keluar maka mulailah krisis dalam keluarga Yakub yang berlangsung
belasan atau mungkin lebih dari puluhan tahun. Namun dalam krisis Naomi,
krisis datang sekonyong-konyong, Elimelekh akhirnya sakit dan
meninggal, Mahlon sakit kemudian meninggal, Kilyon juga seperti itu
tidak ada tanda-tanda kemudian meninggal. Jadi dalam waktu 10 tahun,
Naomi menjadi seorang janda sebatangkara, sedangkan sepuluh tahun
sebelumnya dia adalah seorang istri atau ibu dari dua anak. Jadi semua
itu datang secara tiba-tiba. Jadi kita bisa kenali krisis itu datang
secara mendadak, tapi juga bisa datang secara perlahan. Sudah tentu yang
dapat kita kenali dan kita kendalikan adalah yang datangnya perlahan.
Sewaktu krisis mulai muncul maka jangan didiamkan, kita harus
beradaptasi atau memberi respon yang sesuai dengan cara dan kehendak
Tuhan.
GS : Kalau kita tahu ada krisis yang mendadak
bukan hanya dalam kasusnya Elimelekh sekeluarga tapi juga misalnya
seperti Ayub yang dalam sekejap kesehatannya, harta bendanya
anak-anaknya habis, ini berarti kita harus tetap siap Pak Paul, baik
krisis itu datangnya tiba-tiba atau perlahan-lahan.
PG : Sudah tentu kita harus
bersiap secara rohani, misalkan kita ini bersiap untuk selalu hidup
dekat dengan Tuhan, hidup taat kepada Tuhan untuk hal-hal yang kecil,
karena seringkali dalam menhadapi krisis yang besar Tuhan menuntut kita
untuk mengadakan perubahan yang besar pula, Pak Gunawan.
GS : Kadang-kadang awalnya krisis itu berjalan
dengan perlahan, tetapi kalau kita keliru mengantisipasi krisis itu maka
krisis itu akan cepat tumbuh, Pak Paul?
PG : Saya setuju, Pak Gunawan.
Jadi seringkali kalau kita tidak menanganinya dengan baik, entah itu
kita membiarkannya atau mengabaikannya maka krisis akan berkembang biak
dan akhirnya menindihkita dan kalau sudah besar bukankah akan semakin
sulit untuk kita bisa menghadapinya.
GS : Apakah krisis itu terkait dengan dosa, Pak Paul?
PG : Ternyata tidak selalu,
adakalanya krisis berisikan dosa tapi adakalanya juga tidak. Misalkan
dalam kasus Daud memang terlihat ada unsur dosa, Daud itu berzinah dan
Daud mengatur pembunuhan suami Batsyeba.
GS : Tapi sekali pun tidak disebabkan oleh dosa,
Pak Paul, dalam kasusnya Naomi, dia menyadari bahwa itu adalah sebuah
dosa sehingga dia berkata, "Saya jangan lagi kau panggil Naomi tetapi
panggil saya Mara."
PG : Naomi adalah manusia yang
tidak sempurna atau kuat maka luput melihat bahwa ada kasih Tuhan, ada
kebaikan Tuhan, ada rencana Tuhan yang memang tidak dimengertinya saat
itu. Jadi dari sudutkemanusiaannya, Naomi melihat kemalangan ini sebagai
pukulan Tuhan, entah mengapa Naomi beranggapan bahwa Tuhan sedang
menghajarnya, memarahinya atau menghukumnya.
GS : Pak Paul, kalau jelas-jelas krisis itu timbul akibat dosa bagaimana?
PG : Kalau jelas itu bermuatan
dosa, maka bila tidak diakui dan tidak dibereskan maka dosa cenderung
beranak pinak dan menjadi lebih parah. Jadi mesti diakui dan dibereskan.
Misalnya dalam kasu Daud, dia tidak mengakui dosa perzinahan malah
menutupinya dengan pembunuhan.
GS : Tapi pada waktu itu saya percaya baik Daud maupun Yakub tidak terlalu sadar kalau dampaknya akan seperti itu, Pak Paul?
PG : Karena memang pada saat
itu Daud hanya memunyai satu minat, pada saat dia berdosa dia ingin
dibebaskan atau lepas dari konsekuensi dosa itu. Kenapa dia tidak
bertindak terhadap Amnon yang emperkosa Tamar dan malah membiarkannya,
bisa jadi karena dia sendiri merasa bersalah waktu melihat anaknya
menjadi seperti ini.
GS : Jadi sebenarnya krisis yang dibiarkan itu
akan terus beranak pinak dan akan menjadi semakin berat bagi orang itu
atau orang-orang lain disekitarnya, Pak Paul ?
PG : Satu hal yang mesti kita
sadari bahwa keputusan apa pun yang kita buat pasti keputusan yang
menuntut harga, tidak ada jalan yang mudah untuk menghadapi krisis dan
harus dibayar dengan maha, tapi harus dilakukan misalkan tadi kita
berbicara tentang Daud, kalau dia akui dosanya bahwa dia telah berzinah
dengan Batsyeba mungkin dia harus membayar harga yang mahal yaitu harus
turun dari tahtanya dan sebagainya, tapi setidak-tidaknya dosa itu
dibereskan sehingga tidak beranak pinak.
GS : Sebelum mengakhiri perbincangan ini mungkin ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan ?
PG : Saya akan bacakan dari
Roma 8:28-29, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang erpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar